KAIFAJ I
KAIFAJ merupakan salah satu kegiatan program kerja dari divisi Syiar UKKI Asy Syifa’ Fakultas Farmasi Universitas Jember. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilaksakanan sebanyak 3 kali dalam 1 priode. Kegiatan KAIFAJ mengkaji hal-hal yang sedang ramai dibincangkan dimasyarakat dan dijelaskan sesuai dengan pandangan dalam Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist Nya. Kegiatan KAIFAJ I dilaksanakan pada Sabtu, 10 Juli 2021 dengan tema “Amalan Wajib dan Sunnah Bagi Setiap Muslim”. Acara dilaksanakan dengan mengundang Ustadz Suwardi, S.H.I., M.H.I sebagai pengisi acara. Beliau merupakan dosen dari Fakultas Hukum dan juga dosen MKU PAI. Kegiatan ini diikuti oleh 17 peserta dan 23 panitia.
Kegiatan KAIFAJ I dilaksanakan sejak pukul 15.15-16.50 WIB. Susunan acara KAIFAJ I diawali dengan presensi oleh peserta kemudian dilanjutkan dengan pembukaan dan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh panitia yang bertugas. Kemudian peserta diberi arahan untuk mengisi pretest yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman peserta sebelum mengikuti kegiatan ini. Selanjutnya masuk pada acara inti yaitu pemaparan materi oleh Ustadz Suwardi, S.H.I., M.H.I yang dilanjutkan dengan tanya jawab. Setelah tanya jawab selesai maka dilanjutkan pada acara yang selanjutnya yaitu pengisian postest oleh peserta yang hadir dan ditutup dengan pembacaan do’a yang dibacakan oleh Ustadz Suwardi, S.H.I., M.H.I.
Ustadz Suwardi, S.H.I., M.H.I menyampaikan bahwasaanya wajib secara syariat merupakan segala sesuatu yang dituntut (dengan keharusan) untuk dilakukan oleh seorang mukallaf (orang yang terbebani hukum/berkal dan baligh). Penentuan perbuatan wajib sendiri dapat ditentukan dengan teks yang menunjukkan pada perbuatan wajib, adanya ancaman bagi yang tidak melakukan dan adanya ayat lain yang memberikan petunjuk tentang kewajiban. Beliau menyampaikan bahwasannya da banyak macam pembagian wajib diantaranya:
- Wajib dari aspek pelaksanaan, yang terdiri dari wajib muaqqat (perkara wajib yang terkait dengan waktu) contohnya seperti sholat 5 waktu dan wajib mutlaq (perkara wajib yang tidak ditentukan waktunya) seperti contoh pelaksanaan kafarat sumpah dan pelaksanaan ibadah haji.
- Wajib dari aspek yang dituntut untuk melaksanakan, terdiri dari wajib ‘Ainiy dan wajib Kifa’iy. Wajib ‘Ainiy atau wajib ain atau fardhu ‘ain merupakan suatu perkara wajib yang harus dikerjakan oleh masing-masing orang sedangkan wajib Kifa’iy atau wajib kifayah atau fardhu kifayah merupakan perkara wajib yang yang bisa diwakilkan oleh salah satu orang dari mereka yang ada. Jika telah ada seseorang dari mereka telah melaksanakan perkara wajib kifayah maka sebagian yang lain yang tidak mengerjakan tidak dihukumi dosa. Contoh wajib ain adalah sholat, zakat, haji, dan lain-lain sedangkan contoh wajib kifayah yaitu amar ma’ruf nahi munkar, merawat jenazah (memandikan, mengkafani, menyolatkan) dan lain-lain.
- Wajib dari aspek ukuran yang harus dilakukan terdiri dari wajib muhaddad dan wajib ghairu muhaddad. Wajib muhaddad merupakan perkara wajib yang sudah ditentukan kadarnya contohnya syarat, rukun dan jumlah rakaat shoat lima waktu, dan ukuran pengeluaran zakat. Sedangkan wajib ghairu muhaddad merupakan perkara wajib yang tidak ditentukan kadarnya sperti contoh berinfak di jalan Allah, membantu dalam kebaikan, bershodaqah dan lain-lain.
- Sunah memiliki arti secara bahasa yakni mengajak pada suatu perbuatan. Sedangakan sunah secara istilah adalah sesuatu yang dituntuk untuk dilakukan, namun tidak mencapai tingkatan wajib. Pengertian sunah secara spesifik merupakan sesuatu yang terpuji ketika dilakukan dan tercela ketika ditinggalkan.
- Penentuan perbuatan sunah dapat dilihat dari teks/ redaksi menunjukkan pada kata sunnah. Seperti: Yusannu kadza… (hal ini disunnahkan). Selain itu, perbuatan sunah dilihat dari kata perintah yang tidak menunjukkan pada hukum wajib. Seperti: hukum menulis perjanjian hutang.
- Sunah memiliki tiga macam yakni Sunah Muakkadah (perbuatan sunah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan), Sunah Ghairu Muakkadah (perbuatan Sunah yang dianjurkan untuk dilakukan, apabila ditinggalkan maka tidak berdosa dan tidak mendapatkan celaan), Sunah Tambahan atau Mandub Zaid (sunah dilakukan oleh seseorang didasarkan pada kebiasaan –kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.).
- Amalan sunah sehari-hari harus didasarkan pada hablum min Allah dan hablum min an-nas. hablum min Allah seperti shalat, puasa, haji, dll. Sedangkan hablum min an-nas seperti shadaqah, infak, wakaf, senyum, dll.
Kesimpulan yang dapat diambil dari materi yang telah disampaikan adalah kewajiban seorang muslim dapat dilihat dari aspek pelaksanaan, aspek yang dituntut untuk melaksanakan, dan aspek ukuran yang harus dilakukan. Sunah secara spesifik dapat diartikan sebagai sesuatu yang terpuji ketika dilakukan dan tercela ketika ditinggalkan. Penentuan perbuatan sunah dapat dilihat dari teks/ redaksi menunjukkan pada kata sunnah dan kata perintah yang tidak menunjukkan pada hukum wajib. Sunah memiliki tiga macam yakni Sunah Muakkadah, Sunah Ghairu Muakkadah, dan Sunah Tambahan atau Mandub Zaid. Amalan sunah sehari-hari harus didasarkan pada hablum min Allah dan hablum min an-nas.